KISAH NEGERI RUMAH KITA
Terlalu memalukan untuk hidup di negeri ini.
Terlalu menyakitkan untuk terus bertahan.
Sampai kapankah semua rasa sakit ini terus
berjalan?
Sampai kapankah kita harus mendengarkan bualan
para pendusta itu?
Rasanya sangat memalukan saat kita terus menerus
berpura-pura.
Dan menahan semua penderitaan sendirian.
Bukankah negeri kita telah merdeka 73 tahun silam?
Namun mengapa rakyatnya masih di perbudak hingga
sekarang?
Menjadi pelayan tikus-tikus korup.
Menjadi budak para pengkhianat.
Menjadi peliharaan para penipu.
Sampai kapankah kita harus menahan malu?
Sampai kapan kita harus membiarkan semuanya?
Negeri kita membusuk.
Negeri indah hanya bagian dari tumpukan sampah.
Kita tertipu. Kita dibodohi. Di rumah negeri kita
sendiri.
Kita menjadi kacung tangan-tangan berkuasa. Tak
berdaya.
Kita di peralat.
Demokrasi hanya tinggal kata-kata mati. Tak
berarti. Tak dimengerti.
Haruskah kita tetap diam?
Membiarkan semua kerusuhan.
Negeri kita jadi panggung sandiwara.
Cerita dan pemainnya telah di tata.
Dan kita yang harus membayar biayanya.
Keserakahan dan korupsi, telah jadi urat nadi
negeri ini.
Dan kita memalingkan wajah, membiarkan kebohongan
yang kian melimpah.
Para politisi beramah tamah
Menawarkan tipuan yang indah
Dan kita menghargai murah
Masa depan negeri ini
Dengan sejumput rupiah.
Lalu kita berteriak marah
Ketika kemerdekaan kita dirampas.
Kita saling menuduh, Namun kita enggan mengaku
Semua kini tinggal kata-kata semu
Terbingkai kebohongan nan lucu.
Lalu kita tertawa. HAHAHAHA...
Lalu kita menangis tersedu-sedu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar